contoh Review buku: PESANTREN DAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA




IDENTITAS BUKU
Judul buku       : Kapita Selekta Pendidikan
Penulis             : Drs. Hasan Basri, M.Ag.
Penerbit           : Pustaka Setia
Cetakan           : 1, Mei 2012
Tebal               : 360 halaman

PESANTREN DAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
A.     Sejarah Pondok Pesantren
Menurut Manfred Ziemik, kata pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagib pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi imbuhan pe-an yang berarti menunjukan tempat sehingga artinya adalah tempat para santri.
Terlepas dari pengertian diatas yang dimaksud pondok pesantren dalam pembahasan ini adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama islam ditanah air (khususnya Jawa) dimulai dan dibawa wali songo. Model pesantren dipulau Jawa juga mulai berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman wali songo sekitar 500 tahun yang lalu, yang juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama islam di Pulau Jawa. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pondok pesantren yang pertama didirikan adalah pondok pesantren yang didirikan oleh syekh Maulana Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi. 

B.     Pondok Pesantren dan Perkembangannya
Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan islam merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslim. Akan tetapi, hanya sedikit sekali yang dapat kita ketahui tentang perkembangan pesantren pada masa lalu, terutama sebelum Indonesia dijajah Belanda karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang dapat kita pastikan menunjukan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang membawa kemajuan teknologi ke Indonesia dan memperkenalkan system dan metode pendidikan baru. Akan tetapi, pemerintah Belanda tidak melaksanakan kebijakan yang mendorong system pendidikan yang sudah ada di Indonesia, yaitu system pendidikan Islam. Bahkan pemerintah Belanda membuat kebijaksanaan dan peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan islam.


C.     Elemen-elemen Pesantren
1)      Kiai
Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren, karena berperan sebagai penggagas dan pendiri pesantren yang bersangkutan. Oleh karena itu, sangat wajar jika dalam pertumbuhannya pesantren sangat bergantung pada peran seorang kiai.
2)      Pondok
Pondok, asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan system pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang dikebanyakan wilayah Islam di negara-negara lain.
3)      Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam shalat lima waktu, khotbah dan shalat jumat, dan mengajarkan kitab-kitab klasik.
4)      Santri
Menurut tradisi  pesantren, terdapat dua kelompok santri:
a.       Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.
b.      Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari dari desa-desa disekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren (nglajo).
5)      Pengajian kitab kuning
Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab atau tanpa harakat atau sering disebut kitab gundul, merupakan satu-satunya metode yang secara formal diajarkan pesanren di Indonesia.
D.     Pebedaan Orientasi antara Pendidikan Pesantren dan Sekolah
Jika orientasi sekolah umum diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan dalam hidup keduniawian, pesantren mengarahkan orientasinya pada pembinaan morl dan konteks kehidupan ukhrawi. Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan pesantren adalah fiqh sufistik yang lebih mengedepankan moralistik/ akhlak keagamaan demi kepentingan hidup di akhirat. Nilai-nilai tersebut kemudian menjadi ciri khas moralitas pendidikan pesantren yang harus diserap oleh santrinya. Moralitas tersebut kemudian membentuk pandangan hidup santri, seperti ketaatan kepada kiai.
E.      Pesantren dan Tantangan Modernitas
Pengaruh abad industri saat ini tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga moral dan agama. Islam, dengan paradigma yang dimilikinya yaitu rahmatm lil alamiin, bertanggung jawab atas benturan-benturan peradaban atau implikasi negatif dari perkembangan dunia, termasuk didalamnya masyarakat pesantren yang menjadi bagian integral dari masyarakat secara keseluruhan tidak bisa menutup mata dan menjauh dari realitas ini.
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, banyak kalangan yang mulai melihat system pendidikan pondok pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak hanya cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti karena pesantren memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud.        
F.      Tipologi Pondok Pesantren
Yacub yang dikutip oleh Khozin mengatakan bahwa ada beberapa pembagian pondok pesantren dan tipologinya, yaitu sebagai berikut:
1)      Pesantren salafi, yaitu pesantren yang mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberitahukan pengetahuan umum.
2)      Pesantren khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan system pengajaran klasikal (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta memberikan pendidikan keterampilan.
3)      Pesantren kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada  waktu libur sekolah, yang menitikberatkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan.
4)      Pesantrem terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pendidikan vokasional atau kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang terintegrasi.
Menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren, yaitu sebagai berikut:
1)      Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fid diin) bagi para santrinya.
2)      Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, tetapi dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan, tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional.
3)      Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas islam didalam naungan depag) maupun sekolah umum dibawah naungan Depdiknas dalam berbagai jenjangnya.
4)      Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam yang para santrinya belajar di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya.
G.     Pendidikan Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Islam
Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan pondok pesantren tradisional berposisi sebagai subordinat yang bergerak pada wilayah dan domain pendidikan hati yang lenih menekankan pada aspek afektif pendidikan atau attitude pendidikan. Sebagian lain menyebutkan , pendidikan pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta didik secara integral, baik kognitif, afektik, maupun psikomotorik (skill). Dengan demikian, pesantren dengan system dan karakternya yang khas telah menjadi bagian integral dari system pendidikan nasional. Meskipun mengalami pasang surut dalam mempertahankan visi, misi, dan eksistensinya, tak dapat disangkal hingga saat ini pesantren tetap survive, bahkan beberapa diantaranya muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah sosial yang tidak menggunakan teori pembangunan yang digunakan pemerintah, dan lebih pada gerakan yang dilandaskan pada amal saleh sebagai refleksi dari penghayatan dan pemahaman keberagaman sang kiai.
Sekalipun demikian, tidak berarti pesantren sebagai lembaga pendidikan terbebas dari berbagai kelemahan. Para pakar pendidikan mencatat beberapa kelemahan menadasar, antara lain:
1)      Di pesantren belum banyak yang mampu merumuskan visi, misi, dan tujuan pendidikannya secara sistematis yang tertuang dalam program kerja yang jelas sehingga tahapan pencapaiain tujuannya juga cenderung bersifat alamiah.
2)      Sistem kepemimpinan sentralistik yang tidak sepenuhnya hilang, sering mengganggu kelancaran mekanisme kerja kolektif, padahal banyak perubahan yang tidak mungkin tertangani oleh satu orang.
3)      Dalam merespon perubahan cenderung sangat lamban, konsep
4)      Sistem pengajarannya kurang efisien, demokratis dan variatif sehingga cepat memunculkan kejenuhan pada peserta didik.

Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu kualitas output, pondok pesantren bergantung pada program yang sudah ditentukan oleh sosok pengasuh. Dalam arti, terealisasinya visi, misi, dan tujuan pondok pesantren terletak kebijakan seorang kiai. Oleh karena itu, ada beberapa factor yang dimaksud dengan visi, misi, dan tujuan pondok pesantren, yaitu sebagai berikut:
1)      Adanya kemampuan SDM pengelola atau pengasuh.
2)      Adanya strategi yang baik demi tercapainya suatu tujuan.
3)      Adanya kebijaksanaan pemerintah, baik melalui perundang-undangan, surat keputusan menteri, atau pejabat pemerintah dan sebagainyauntuk mendukung program-program yang sudah ada dipondok pesantren.
4)      Adanya intervensi masyarakat (Sosiokultur)
5)      Dapat menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
            Pesantren tumbuh sebagai pilar bangsa yang berperan membangun masyarakat dari kemiskinan, kekerasan, dan ketidak adilan. Pembelaan pesantren terhadap orang miskin ditunjukan dengan usaha para kiai berdakwah, menganjurkan berbuat amal ma’ruf nahi munkar (berbuat kebaikan dan mencegah kemaksiatan).
H.     Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional
            Manajemen pendidikan pesantren merupakan mobilisasi segala sumber daya pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen pendidikan pesantren pada hakikatnya adalah suatu proses penataan dan pengelolaan lembaga pendidikan pesantren yang melibatkan sumber daya manusia dan nonmanusia dalam menggerakannya mencapai tujuan pendidikan pesantren secara efektif dan efisien.
            Manajer pendidikan pesantren pada umumnya hanya mengetahui tugas mereka agar proses pendidikan dapat berlangsung konstan, tetapi mereka kurang mampu mengatisipasi secara akurat perubahan yang bakal terjadi di masyarakat pada umumnya dan dalam dunia pendidikan islam khususnya. Akibatnya, mereka hanya tenggelam dalam tugas-tugas rutin organisasi keseharian, tetapi sangat sulit melakukan inovasi proresif yang memungkinkan dicapainya tujuan organisasi secara lebih baik dan membanggakan.
            Dari sisi manajemen kelembagaan, saat ini di pesantren telah terjadi perubahan mendasar, yaitu dari kepemimpinan yang sentralistik, hierakis, dan cenderung single fighter berubah menjadi model manajemen kolektif. Agenda utama manajemen demokratis dalam pendidikan islam adalah semangat pembebasan kaum muslim dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambatnya mencapai perkembangan harkat dan martabat kemanusiaannya sehingga manajemen demokratis dalam pendidikan islam diarahkan pada proses aksi, yaitu kelompok sosial kelas bawah mengontrrol ilmu pengetahuan dan membangun daya melalui pendidikan, penelitian, dan tindakan sosial kritis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Hadits Kontemporer Muhammad Syuhudi Ismail

Makalah pendidikan agama islam tentang jujur

Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Problematika Pendidikan Islam)