Tentang kepribadian menurut beberapa ahli psikolog


A. Defenisi Kepribadian

Apakah kepribadian itu?  Siapa yang belum pernah menyadari bagaimana sulitnya menerangkan kata-kata seperti  cinta, tabiat dan kebahagiaan? Meskipun begitu, sedikit orang banyak mengetahui maksud kata-kata itu. Sama halnya dengan istilah “kepribadian”. Kepribadian seumpama tenaga listrik. Secara samar-samar kita tahu apa artinya. Namun, apabila hendak memaparkan seluruh maknanya, kita seolah kehilangan akal.

Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona. Pada mulanya, kata persona itu menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranan-peranannya masing-masing  sesuai dengan topeng  yang dikenakannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran social tertentu yang diterima individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuia dengan gambaran social (peran) yang diterimanya (Koswara, 1991:10)

Dalam penelitian kepribadian terdapat berbagai istilah, seperti motif, sifat, dan temperamen, yang menunjuk kekhasan permanen pada perseorangan (Berry, et al, 1999: 141). Allport (1971)  dalam bukunya Personality, mendaftarkan tidak kurang dari lima puluh definisi yang berbeda, dan sejak itu jumlahnya kian bertambah banyak. Allport mendefenisikan kepribadian sebagai berikut:

Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment. (kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikolofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya).

Dengan demikian, berdasarkan definisi diatas, kepribadian memiliki beberapa unsur yakni sebagai berikut:

1)    Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis. Dengan kata lain ia tidak statis, tetapi senantiasa berubah setiap saat.

2)    Organisasi tersebut terdapat dalam diri invidu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada diluar invidu.

3)    Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, yang menurut Allport meliputi antara lain sifat dan bakat , serta sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang bersifat terkait.

4)    Organisasi itu menentukan corak penyesuai diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.

Koentjaraningrat (1980) menyebut  “kepribadian” atau personality sebagai “susunan unsure-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkahlaku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.” Defenisi tentang kepribadian tersebut, diakuinya sendiri, sangat kasar sifatnya, dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari.

Dalam bahasa popular, istilah kepribadian juga berarti ciri-ciri, watak seorang invidu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas individu yang khusus, Jika dalam sehari-hari kita anggap seseorang mempunyai kepribadian, yang kita maksudkan adalah orang tersebut mempunyai beberapa cirri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya, sehingga nampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya.

Menurut para psikolog istilah kepribadian mempunyai arti yang lebih daripada sekedar sifat menarik. Kepribadian seseorang itu tersusun dari semua sifat yang dimilikinya. Sifat itu bermacam-macam, antara lain:

1)    Ada yang berkenaan dengan cara orang berbuat, seperti tekun, tabah dan cepat.

2)    Ada yang menggambarkan sikap, seperti sosiabilitas dan patriotisme.

3)    Ada yang berhubungan dengan minat, seperti estesis, atletis dan sebagainya.

4)    Yang terpenting ialah temperamen emosiona, meliputi optimism, pesimisme, mudah bergejolak dan tenang.

 

B.        Tipe-tipe Kepribadian

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu lain. Penelitian mengenai kepribadian manusia sudah dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates  dan Galenus (400 SM dan 175) yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

1)    Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selalu menaruh rasa curiga.

2)    Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukan wajah yang berseri-seri, periang atau selalu bergembira, dan bersikap optimitis.

3)    Flegmaticus (flegmatis), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya lamban atau pemalas, wajahnya selalu puca, pesimis, pembawaanya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4)    Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

Eduard Spranger, ahli ilmu jiwa dari Jerman, mencoba mengadakan penelitian kepribadian  manusia dengan cara lain. Ia mengadakan penggolongan tipe manusia berdasarkan sikap manusia itu terhadap nilai kebudayaan  yang hidup dimasyarakat. Nilai kebudayaan itu dibaginya menjadi enam golongan, yaitu:

1)    Manusia Politik. Orang tipe ini memiliki sifat suka menguasai orang lain. Nilai terpenting bagi orang ini adalah politik, sehingga cukup beralasan jika dalam kesehariannya ia senang berbicara soal politik dan kenegaraan.

2)    Manusia Ekonomi.  Suka bekerja dan mencari untung merupakan sifat-sifat yang paling dominan pada tipe orang ini. Karena itu bias dimaklumi jika uang dianggapnya sebagai nilai yang penting.semboyannya ialah time is money.

3)    Manusia Sosial.  Orang bertipe sosial ini memiliki sifat-sifat suka mengabdi dan berkorban untuk orang lain. Bagi orang ini, nilai-nilai sosial paling memengaruhi jiwanya. Mereka senang bergaul, suka bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, dan suka membantu orang lain, terutama yang mengalami kesulitan.

4)    Manusia Seni. Jiwa orang yang bertipe seni selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai keindahan. Sebagian besar waktunya dipergunakan untuk mengabdi pada kesenian. Pada umumnya mereka suka menyendiri, jauh dari kebisingan dan kemewahan hidup.

5)    Manusia Agama. Bagi mereka, yang lebih penting dalam hidup ialah mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka selalu ingin berbuat kebajikan terhadap orang lain serta melaksanakan syariat agamanya semaksimal mungkin.

6)    Manusia Teori. Sifat-sifat tipe manusia ini, antara lain suka berpikir, berfilsafat, dan mengabdi pada ilmu. Orang tipe ini suka membaca, senang berdiskusi mengenai teori-teori ilmu pengetahuan, menyelidiki suatu kebenaran/ mengadakan penelitian, cenderung menyendiri ketimbang mengobrol dangan orang lain secara iseng.

Gerart Heymans membagi tipe kepribadian manusia, berdasarkan kuat lemahnya sifat psikis seperti emosionalitas, aktivitas, dan sekunder fungsi (proses pengiring) dalam setiap orang menjadi tujuh tipe sebagai berikut:

1)    Gapasionerden (orang hebat): orang yang aktif dan emosional serta fungsi sekundernya kuat. Orang ini selalu bersikap keras, emosional, gilakuasa, egois, suka mengecam. Mereka adalah patriot yang baik, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat  dan suka menolong orang yang lemah.

2)    Cholerici (Orang garang): orang yang aktof, emosional, tetapi fungsi sekundernya lemah. Orang ini lincah, rajin, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal yang factual. Mereka suka kemewahan, pemboros dan sering bertindak ceroboh tanpa pikir panjang.

3)    Sentimenti (orang perayu): Orang yang tidak aktif, emosional, dan  funsi sekundernya kuat, sering implusif, pintar bicara sehingga mudah memengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan menjauhkan diri dari keramaian dan kebisingan.

4)    Nerveuzen (orang penggugup): orang yang tidak aktif dan funsi sekundernya lemah, tetapi emosinya kuat. Mudah naik darah tetapi cepat menjadi dingin, suka memprotes, tidak sabar, tidak mau berpikir panjang, agresif tetapi tidak pendendam.

5)     Flegmaciti (orang tenang): Orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang-orang tipe ini selalu bersikap tenang dan sabar. Tekun dalam pekerjaan tidak lekas putus asa, berbicara singkat tetapi mantap.Mereka berpandangan luas, berbakat matematika, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik.

6)    Sanguinci (orang kekanak-kanakan): Orang yang tidak aktif, tidak emosional, tetapi funsi sekundernya kuat. Orang ini antara lain sukar mengambil keputusan, kurang berani, pemurung, pendiam, suka menyendiri, tidak gila hormat dan kuasa, dan  dalam bidang politik selalu berpandangan konservatif.

7)    Amorfem (orang tak berbentuk): orang-orang yang tidak aktif, tidak emosional dan fungsi sekundernya lemah. Sifat-sifat tipe orang intelektualnya picik, tidak praktis, selalu membeo, canggung, dan ingatannya buruk. Mereka termasuk orang yang perisau, peminum, pemboros, dan cenderung membiarkan dirinya dibimbing dan dikuasai orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Hadits Kontemporer Muhammad Syuhudi Ismail

Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Problematika Pendidikan Islam)

Makalah pendidikan agama islam tentang jujur